Google Translate

Arabic Korean Japanese >Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian DUTCH

Blog Archive

Rabu, 26 Januari 2011

CINTA TANPA BATAS

Ini bukan dongeng, ini kisah cinta perempuan-perempuan terpilih yang melupakan mimpinya tentang seorang pangeran gagah dan tampan. Inilah kisah-kisah para istri yang rela mencintai dan berbagi kehidupan dengan lelaki, yang secara fisik tidak sempurna. Mengapa mereka melakukannya?
“Karena saya yakin cinta datang dari hati. Meski Ummi saya pada awalnya tidak menyetujui,” ujar Irma, seorang guru yang menikah dengan Zulfan, seorang duda yang mengalami lumpuh kedua.
Pada awalnya Irma mengaku ragu untuk menerima Zulfan sebagai kekasihnya, terutama karena melihat kekurangan fisik lelaki itu, tapi khirnya hatinya pun luluh. Tak beres sampai situ, karena kemudian menghadapi tantangan berikutnya yakni, orang tua yang menolak mentah-mentah lamaran Zulfan. Kekuatan cinta lah yang kemudian meyakinkan orang tua Irma untuk menerimanya.
Saat Ibunda Irma ditanya Host Kick Andy, apa perasaannya ketika pertama kali melihat calon pasangan putrinya itu? Ibu Siti Zaenab, atau yang biasa dipanggil Ummi menjawab tegas, “Ancur!” katanya. “Ya gimana? cacat begitu, kan gak bagus dibawa kondangan,” lanjutnya.
Lalu apa yang membuat Umi menerimanya?
“Ya lama kelamaan dia baik juga,” ujarnya diakhiri tawa.
Persoalan ijin orang tua, sepertinya memang menjadi kendala terbesar dalam hubungan semacam ini. Misalnya kisah hubungan Jajang dan Maryati.
Jajang adalah seorang pegawai di RS Fatmawati yang jadi korban tabrak lari hingga kedua kakinya menjadi tak sempurna, karena mengalami kelumpuhan. Namun bagi Maryati, seorang suster di rumah sakit yang sama, Jajang adalah pria sempurna yang layak jadi suaminya. Tentu saja, keluarga menentang hubungan mereka, tak hanya soal fisik tapi juga ekonomi.
Meski Jajang punya keterbatasan, tapi cinta tak pernah memiliki batas. Mereka akhirnya menikah dan membuktikan bahwa kecacatan kaki Jajang bukanlah pembatas mereka untuk bahagia. Kehidupan rumah tangga mereka kini sudah berusia 23 tahun, dan dikaruniai seorang putri.
Cinta tanpa batas, juga ada pada pasangan Priagung yang menyandang tuna rungu, dengan Lela, yang secara fisik sempurna. Apa alasan Lela mau menerima pria tuna rungu yang diperjodohkan orang tua mereka? “Saya sangat ingin memiliki seorang suami yang tidak nakal,” jawabnya.
Bagi Lela, Agung, panggilan Priagung, adalah pria yang sangat baik, tidak bergaul seperti anak muda kebanyakan, senang membaca dan religius. Jadi ia pun rela menjadi istri Agung, meski harus memiliki cara unik dalam berkomunikasi.
Lain lagi kisah yang dialami pasangan Sinarahardja dan Herlina.
Sinarahardja adalah penderita kaki lumpuh akibat polio. Meski demikian ia tumbuh sebagai lelaki bersemangat hingga bisa menyelesaikan kuliahnya di Universitas Gajah Mada. Saat bekerja di Bogor, Sinarahardja bertemu dan jatuh cinta dengan gadis bernama Herlina.
Sayang hubungan mereka terhambat oleh orang tua yang tak merestui. Namun Herlina berusaha meyakinkan kedua orang tua , hingga restu itupun turun, meski hanya 50% saja. Kini pasangan itu bahkan saling bahu membahu membangun sebuah perusahaan konsultan pajak, dan berhasil. Kelumpuhan kaki Sinarahardja tak melumpuhkan cinta dan kehidupan rumah tangga mereka yang kini dikaruniai 2 putri.
Cinta memang tanpa batas, bahkan dalam batas kegelapan penglihatan.
Bagi Saidah Fauzi , kebutaan di bola mata Muhammad Fitra Salahudin, bukanlah penghalang untuk mencintai dan membagi hidup hidupnya bersama pria itu. Padahal, sebelum bertemu Saidah, Fitra baru saja ditolak oleh keluarga perempuan yang menjadi pacar sebelumnya, karena tak mau memiliki menantu tuna netra.
Fitra adalah seorang korban kecelakaan lalu lintas yang tak hanya menghilangkan penglihatannya, tapi juga kehancuran di wajahnya. Ia harus menjalani dua kali operasi dan sedikitnya mendapat 150 jahitan halus untuk memperbaiki wajahnya. Meski demikian, Saidah memiliki keyakinan bahwa sosok Fitra yang tuna netra itu adalah imam yang tepat baginya. Mereka menikah 4 tahun lalu, dan hidup bahagia bersama putra tunggal mereka.
Inilah sebuah episode tentang sebuah bukti bahwa cinta tak memiliki batas, bahkan mungkin semakin hari, semakin cinta, seperti lantunan lagu penutup dari Vina Panduwinata di episode special ini.
Selamat menyaksikan dan jangan lupa, setelah episode ini, minggu depan akan hadir kisah-kisah sebaliknya. Kisah sejumlah lelaki hebat yang memilih, menerima, dan mencintai para perempuan yang punya kekurangan secara fisik.

sumber : http://kickandy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages