Google Translate

Arabic Korean Japanese >Chinese Simplified Russian Portuguese English French German Spain Italian DUTCH

Blog Archive

Jumat, 11 Maret 2011

Kemampuan Inter Milan Mencetak Gol di Tangan Leonardo

. Akhir pekan lalu Inter mencetak lima gol ke gawang Genoa. Ini bukan kali pertama I Nerazzurri membuat banyak gol dalam satu pertandingan sejak pergantian tahun. Di tangan Leonardo, La Beneamata menjadi sebuah mesin gol.
Debut Leonardo dibuka dengan membawa Inter menang 3-1 atas Napoli. Kemudian Catani (2-1), Bologna (4-1), dan Cesena (3-2) menjadi korban berikutnya.
Sempat diintrupsi kekalahan 1-3 dari Udinese, free scoring Inter mengamuk lagi. Palermo (3-2), Bari (3-0) dan Roma (5-2) disikat.
Hanya sekali Inter Leonardo gagal mencetak gol, yaitu waktu kalah 0-1 dari Juventus. Setelah itu, rentetan kemenangan kembali datang atas Fiorentina (2-1), Cagliari (1-0), Sampdoria (2-0), dan Genoa (5-2).
Dalam 13 partai Serie A, Leonardo membawa Inter mencetak 34 gol atau rata-rata 2,61 gol per partai. Ini peningkatan drastis dibandingkan waktu Inter masih dipegang Rafael Benitez (1,33 gol per partai).
Hebatnya lagi, kalau melakukan perbandingan dengan tim-tim masa lalu yang sukses meraih scudeto di era modern sejak 1929/30, Inter Leonardo menjadi tim Beneamata paling tajam.
La Grende Inter, yang sering disebut sebagai tim terbesar Inter sepanjang sejarah karena merajai Italia, Eropa dan Dunia di era 1960-an, pun kalah. Inter 1964/65 hanya membuat rata-rata 2,00 gol per partai. Musim berikutnya, I Nerazzurri cuma mencetak 2,05 gol per pertandingan.
Pada dasarnya, Leo adalah orang Brasil. Brasilero hanya tahu taktik menyerang. Apalagi dia masih muda, masih dipenuhi idealisme bahwa sepak bola terbaik adalah? menyerang yang menghibur.
Tahun lalu di musim pertamanya sebagai pelatih, Leonardo sudah membuat Milan tampil ofensif. Ia menciptakan formasi 4-2-Fantasia. Sayang, Milan kala itu adalah tim yang tak seimbang. Jadilah mereka sering gagal merealisasikan sepak bola fantasia itu menjadi kemenangan.
Leonardo membawa pendekatan yang sama di Inter. Formasi 4-2-3-1 peninggalan Mourinho yang ngotot dipertahankan Benitez diubah menjadi 4-3-1-2. Dengan formasi yang lebih ofensif, Inter sekarang lebih meledak-ledak di daerah lawan, tidak lagi sekedar berusaha menguasai permainan.
Kedisiplinan taktik yang dulu dipakai Mourinho dan Benitez sedikit dilonggarkan. Esteban Cambiasso dan Thiago Motta jadi lebih sering maju ke depan membantu serangan atau malah mencetak gol. Bek kanan Maicon bahkan pernah memberi assist untuk gol yang dibuat bek kiri Cristian Chivu. Itu pertanda garis serangan Inter Leonardo sangat maju ke depan.
Formasi 4-3-1-2 ini dalam sekejap bisa berubah, tapi semuanya tetap menjadi skema yang ofensif. Dari 4-2-4, 4-2-1-3, atau seperti pergantian yang dilakukan Leonardo saat timnya ketinggalan 0-1 dari Genoa Minggu lalu. Formasi diubah menjadi 4-3-3 dan Inter berbalik menang besar.
Leonardo beruntung karena Inter memiliki skuad yang lebih baik dari pada Milan musim lalu. Hasilnya, I Nerazzurri tampak konsisten mendapatkan hasil dengan memakai taktik menyerang yang sangat terbuka. Taktik ini awalnya mengorbankan pertahanan, tapi belakangan Inter semakin fasih memperoleh hasil clean sheet.
“Inter memiliki tim yang bisa mengalahkan? siapa pun. Tim ini mampu mengatasi kesulitan apa pun dan saya mengambil kekuatan dari fakta itu. Saya yakin membuat Inter? bermain lebih menyerang adalah keputusan yang tepat,” kata Leonardo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages